Jumat, 18 Maret 2011

POLA DAN TEORI MAKNANYA

POLA DAN TEORI MAKNANYA

I.        KATA KERJA 3 HURUF POKOK :

A.      KK. 3HP
1.       Pola 1
2.       Pola 2
3.       Pola 3
4.       Pola 4
5.       Pola 5
6.       Pola 6
Teori Makna Pola 1 - 6 : Sesuai dengan arti KK 3HP-nya.

B.      KK 3 H+1
7.       Pola 7
اِفْعَالاً
يُفْعِلُ
اَفْعَلَ

Teori Makna :
1.       Membikin KK tidak berobjek menjadi berobjek
2.       Membentuk KK dari KB
3.       Mencapai/berada dalam keadaan …
4.       Mendapati obyek dalam keadaan …(sifat)
5.       Menjadi …
6.       Menantang ...
7.       Sukar/sulit…
8.       Musim/keadaan …
9.       Sama dengan 3HP-nya

8.       Pola 8
تَفْعِيْلاً
يُفَعِّلُ
فَعَّلَ

Teori Makna :
1.       Membentuk KK tidak berobjek menjadi berobjek.
2.       ... menjadi demikian banyaknya
3.       Membangsakan objek menjadi sejenis KK-nya
4.       Membentuk KK dari KB

9.       Pola 9
فِيْعَالاً
يُفَاعِلُ
فَاعَلَ

Teori Makna:
1.       Saling ...
2.       Sama dengan اَفْعَلَ
3.       Sama dengan فَعَّلَ
4.       Sama dengan 3HP-nya

10.   Pola 10
فَعْفَالاً
يُفَعْفِلُ
فَعْفَلَ
 Khusus KK Bengek.

Teori Makna:
1.       Menyatakan berulang-ulang
2.       Membikin .../ menjadi ...
3.       Sama dengan 3HP-nya

C.      KK 3H+2
11.   Pola 11
تَفَعُّلاً
يَتَفَعَّلُ
تَفَعَّلَ

Teori Makna:
1.       Menjadi ...
2.       Membikin/mendorong ...
3.       Memperlakukan/membentuk menjadi ...
4.       Mengalami ...
5.       Berkali-kali .../ terus-menerus ...
6.       Menuntut/meminta
7.       Membentuk KK dari KB
8.       Berbangsa ...

12.   Pola 12
تَفَاعُلاً
يَتَفَاعَلُ
تَفَاعَلَ

Teori Makna:
1.       Saling ber ...
2.       Menjadi semakin ...
3.       Satu persatu/berturut-turut ...
4.       Sama dengan 3HP-nya

13.   Pola 13
اِفْتِعَالاً
يَفْتَعِلُ
اِفْتَعَلَ

Teori Makna:
1.       Menjadi ber...
2.       Membentuk KK dari KB
3.       Berhasil/mencapai ...
4.       Menuntut/meminta ...
5.       Sama dengan 3HP-nya
6.       Sama dengan تَفَاعَلَ

14.   Pola 14
اِنْفِعَالاً
يَنْفَعِلُ
اِنْفَعَلَ

Teori Makna:
1.       Menjadi ber ...

15.   Pola 15
اِفْعِلاَلاً
يَفْعَلُّ
اِفْعَلَّ
Khusus Kata Sifat.

Teori Makna:
1.       Menjadi ke-(sifat-sifat)-an
2.       Sangat ...(sifat)

16.   Pola 16
اِسْفِعَالاً
يَسْفَعَلُ
اِسْفَعَلَ

Teori Makna:
1.       Sama dengan 3HP-nya

D.      KK 3H+3
17.   Pola 17
اِسْتِفْعَالاً
يَسْتَفْعِلُ
اِسْتَفْعَلَ

Teori Makna:
1.       Meminta/menuntut ...
2.       Mendapat/menilai ...(obyek)
3.       Berubah menjadi ...
4.       Mencoba/memberanikan diri ...
5.       Menyatakan hasil kerja dari pola AF’ALA
6.       Sama dengan 3HP-nya

18.   Pola 18
اِفْتِعَّالاً
يَفْتَعَّلُ
اِفْتَعَّلَ

Teori Makna:
1.       “Kembali ...” atau “... kembali”
2.       Dapat ...
3.       Sama dengan 3HP-nya

19.   Pola 19
اِفِّعَّالاً
يَفَّعِّلُ
اِفَّعَّلَ

Teori Makna:
1.       Sama dengan اِفْتَعَّلَ

20.   Pola 20
اِفْتِيْعَلاً
يَفْتَاعِلُ
اِفْتَاعَلَ

Teori Makna:
1.       saling ... (hasil dari KK 3HP)
2.       Saling ... (KK dari KB-nya)

II.      KATA KERJA 4 HURUF POKOK

A.      KK 4HP
1.       Pola 21
فَعْلَرًا فَعْلَرَةً
يُفَعْلِرُ
فَعْلَرَ

Teori Makna:
1.  Sesuai arti KK 4HP-nya

B.      KK 4H+2
1.       Pola 22
اِفْعِلَارًّا
يَفْعَلِرُّ
اِفْعَلَرَّ

Teori Makna:
1.       Sama dengan 3HP-nya
2.       Membentuk KK dari KB

Jumat, 11 Maret 2011

Bentuk Bahasa Al Quran

Manusia, berdasar pengalamannya, menganggap persoalan bentuk bahasa ada 4 macam, yaitu bahasa Percakapan, bahasa tulisan, bahasa nyanyian / syair dan bahasa lambang/morse.

Bahasa percakapan ialah jumlah ucapan yang dilakukan oleh manusia secara langsung di dalam pergaulan hidup sehari-hari, yang bersifat dialog dan kadangkala bercerita. Kesemuanya dengan lisan dan artinya sangat tergantung kepada tekanan suara (mimiek dan gaya) tetapi bukan bernyanyi  yang mengabaikan tata bahasa.

Bahasa tulisan ialah jumlah sebutan yang dilakukan manusia melalui tulisan. Misalnya yang terdapat di dalam berbagai buku, majalah-majalah dan surat kabar, dsb. Pemberian maknanya sangat tergantung kepada kamus dan tata bahasa. Mengartikan suatu tulisan yang dititik beratkan kepada tata bahasa dinamakan penafsiran secara gramatikal. Sedangkan memandang bahwa setiap perkataan di dalam satu kalimat dan setiap kalimat di dalam bahasa tulisan ialah suatu mata rantai di dalam keseluruhannya maka mengartikan bahasa tulisan menurut model ini dinamakan penafsiran secara sistimatik.

Bahasa nyanyian/syair ialah jumlah ucapan yang dilakukan oleh manusia di dalam alunan suara berlagu di mana arti kata dan tata bahasa hamper-hampir lepas sama sekali. Arti maksud sebenarnya dari bahasa nyanyian/syair seolah-olah tidak tergantung kepada arti kata tetapi sangat ditentukan oleh alunan lagu/irama yang mempermainkan sentimental dari subyektifisme.

Bahasa Morse/Lambang ialah jumlah sebutan atau ucapan yang menyatakan arti dan maksudnya melalui alat, misalnya dalam Pramuka adalah gerak tangan, bendera, topi, dsb. Dalam lingkungan komunikasi misalnya memperginakan bunyi suara panjang-pendek dengan berbagai kombinasi. Dalam lingkungan kimia misalnya mempergunakan huruf sebagai lambing suatu dzat. Dalam statistic misalnya dengan grafik.

Dalam hubungan tersebut di atas, timbul pertanyaan, apakah bentuknya bahasa Al Quran?. Apakah bentuk bahasa Al Quran adalah bahasa percakapan , tulisan atau nyanyian/syair?.  Dengan kenyataan bahwa ada perlombaan Musabaqah Tilawatil Quran, bisa kah kita simpulkan bahwa bentuk bahasa Al Quran adalah bahasa nyanyian/syair?

Al Quran Surat Haqqah 38-43 menjawab bahwa bentuk Bahasa Al Quran adalah bahasa percakapan yang secara obyektif menurut Sunnah Rasul (INNAHU LAQAWLU RASUULIN KARIIM). Bentuk bahasa Al Quran juga bukan bahasa syair/nyanyian (WA MAA HUWA BI QAULI SYAA’IRIN). Bahasa Al Quran tidak mungkin bisa ditanggapi dalam bentuk bahasa nyanyian karena bahasa nyanyian akan mengabaikan makna seperti makna perintah, larangan, sindiran, pernyataan, pertanyaan dsb dimana sangat ditentukan oleh intonasi (mimiek dan gaya) bahasa percakapan. Juga bahasa Al Quran tidak bisa dipahami semata-mata hanya berdasar kamus dan tata bahasa saja.

Sumber :
Idul Fitri Kembali Hidup Menurut Sistem Zakat, oleh M. Isa

Selasa, 01 Maret 2011

KATA KERJA 4 HURUF POKOK

KATA KERJA 4 HURUF POKOK menurut para ahli Nahu Sharaf ( seperti dalam buku AMTSILATU TASRIFIYAH) berpola (wazan) FA’LALA (FA-‘AIN-LAM-LAM) dimana huruf ketiga dan keempat sejenis (sama-sama huruf LAM). Sedangkan yang mereka jadikan contoh adalah DAhROJA (DAL-hA-RO-JIM) dimana keempat hurufnya tidak ada yang sejenis. Begitu pula dengan contoh yang mereka ajukan WASWASA (WAW-SIN-WAW-SIN) dimana huruf pertama dan ketiga sejenis dan huruf kedua dan keempat sejenis. Justru semakin jauh lagi dengan POLA (WAZAN)-nya.

Sebagai usulan untuk penyempurnaan:

POLA FA’LALA dilihat dari segi bentuk dan jenis huruf maka dua huruf yang terakhir adalah sama dan sejenis. Dibanding yang dipolakan yaitu contohnya DAHROJA maka jelas di situ dua huruf terakhir tidak sama dan tidak sejenis tetapi harakatnya sama-sama FATAH.

Dari itu maka untuk POLA 4 HURUF POKOK kita ambil dari FA’ALA ditambah RO pada huruf akhirnya yaitu huruf akhir dari BA’TSARO (QS. Al Aadiyaat: 9, dalam bentuk pasif BU’TSIRA, bentuk aktifnya BA’TSARO). Sehingga POLA-nya menjadi FA’LARO. Rinciannya menjadi FA – ‘AIN – LAM – RO. (Bisa saja ditambahkan huruf yang lain, yang penting huruf-nya tidak sama dan sejenis)
Dengan demikian POLA 4 HURUF POKOK adalah menjadi demikian:

ISIM ZAMAN/MAKAN
(K. Penunjuk Waktu/Tempat)
ISIM MAF’UL
(K. Penderita)
ISIM FA’IL
(K. Pelaku)
MASDAR
(Kata Benda Jadian)
FI’IL NAHI
(K. Larangan)
FI’IL AMR
(K. Perintah)
FI’IL MUDHARI
(KK. sedang / akan)

FI’IL MADHI
(KK. Telah)
مُفَعْلَرٌ ×2
مُفَعْلَرٌ
مُفَعْلِرٌ
فَعْلَرَةً فِعْلَارًا مُفَعْلَرًا
لاَتُفَعْلِرْ
فَعْلِرْ
يُفَعْلِرُ
فَعْلَرَ
FA’LARO –YUFA’LIRU –FA’LIR-LAA TUFA’LIR- FA’LAROtAN, FI’LAARAN, MUFA’LARAN-MUFA’LIRUN-MUFA’LARUN-MUFA’LARUN 2x


Berdasar yg demikian maka surat ‘Aadiyat:9 dan surat Infithar :4 mengajukan kata kerja 4 huruf pokok dengan PEMECAHAN DASAR sbb:
ISIM ZAMAN/MAKAN
(K. Penunjuk Waktu/Tempat)
ISIM MAF’UL
(K. Penderita)
ISIM FA’IL
(K. Pelaku)
MASDAR
(Kata Benda Jadian)
FI’IL NAHI
(K. Larangan)
FI’IL AMR
(K. Perintah)
FI’IL MUDHARI
(KK. sedang / akan)

FI’IL MADHI
(KK. Telah)
مُبَعْثَرٌ×2
مُبَعْثَرٌ
مُبَعْثِرٌ
بِعْثَارًا
لاَتُبَعْثِرْ
بَعْثِرْ
يُبَعْثِرُ
بَعْثَرَ
Waktu/tempat menghamburkan
Yang di hamburkan
Penghambur / yg menghamburkan
penghamburan
Jangan hamburkan
hamburkanlah
Sedang/akan menghamburkan
Telah menghamburkan
Arti kata dasar-nya: menghamburkan, menyelidiki, mengeluarkan, mencerai-beraikan.