Persoalan bahasa Al Quran adalah persoalan yang oleh Surat Yusuf ayat 2 menerangkan demikian :
INNAA ANZALNAAHU QURAANAN ‘ARABIYYAN LA’ALLAKUM TA’QILUUN.
“Sesungguhnya KAMI (Allah) telah menurunkannya (Al Quran) menjadi QURANAN ‘ARABIYYAN, semoga kalian sudi menaggapinya”
Istilah QURANAN ‘ARABIYYAN berbeda dengan perkataan QURANAN ‘ARABAN. Setiap pelajaran nahwu sharaf tentu maklum bahwa YA nisbah (YA double/tasdid diakhir suatu perkataan) ialah NISBATU SYAI-IN ILAA SYAI-IN (membangsakan/merumpunkan sesuatu dengan sesuatu yang lain).
Perbedaan ARABIYYAN dengan ARABAN adalah ada doble huruf YA yang ditambahkan kepada kata-kata Araban menjadi ARABIYYUN yang dalam Nahu-Syarraf istilahnya disebut sebagai YA nishbah atau YA pembangsaan.
Kaedahnya dalam bahasa sebagai berikut : Apabila pada sebuah kata benda (isim) ada terdapat huruf YA yang bertasdid maka memberi makna pada kata itu adalah sebangsa atau serumpun dan sebagainya.
Contoh : Muhammad menjadi Muhammdiyyaah artinya Pengikut Muhammad atau Serumpun Muhammad. Makkah menjadi Makkiyyun artinya Penduduk Mekkah. Arabun menjadi Arabiyyun artinya Bangsa Arab.
Jikalau ada dua perkataan dimana berlaku hukum na’at man’ut (DM: Diaterangkan – Menerangkan) maka kata QURANAN menjadi yang DITERANGKAN sedangkan Arabiyyan menjadi yang MENERANGKAN. Sehingga QURANAN ‘ARABIYYAN menjadi berarti Bahasa (QURANAN = Bacaan/Bahasa) yang serumpun/sebangsa dengan bahasa Arab.
Terjemahan yang demikian didukung dengan kenyataan sejarah/asal-usul bangsa Arab. Para ulama ahli tarich telah sepakat bahwa bangsa Arab itu terdiri atas tiga bagian yakni :
1. Bangsa Arab Asli:
a. Bangsa Arab Al-‘Arabah
b. Bangsa Arab Al-‘Aribah
2. Bangsa Arab Naturalisasi (Menjadi warga Negara Arab) yaitu Bangsa Arab Al-Musta’rabah.
Uraian singkat adalah sebagai berikut :
Poin 1 dan 2 di atas adalah bangsa Arab Asli dengan bahasanya yang merupakan perkembangan/perubahan dari bahasa Nabi Hud dan Nabi Saleh.
3. Bangsa Arab Al-Musta’rabah ialah bangsa Arab yang diwarganegarakan (Musta’rabah) menjadi Warga Negara Arab karena kedatangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ke kota Mekah bersama dengan pasukannya dari Kan’an (sekitar abad 20 SM). Mereka inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan Bangsa Arab Ismailiyyah, yang menurunkan Adnan dan dari suku Adnaniyyun ini kemudian menurunkan suku Quraisy selanjutnya lahirlah Nabi Muhammad SAW (abad ke 7 M). Adapun asal mula mereka itu ialah dari keturunan Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim, dan sebagaimana yang telah diuraikan oleh para ahli sejarah bahwa Nabi Ibrahim itu bukan orang Arab tapi dari negeri Kan’an pindah ke negeri Mekah pusat tanah Hijaz.
Poin 3 adalah bangsa nabi Ibrahim dengan bahasanya yang dialeknya terus digunakan oleh suku Quraisy. Tetapnya digunakan dialek bahasa nabi Ibrahim bukan berarti kesadaran suku Quraisy masih sama dengan kesadaran nabi Ibrahim. Dalam ucapan-ucapan bahasa yang dilakukan Quraisy telah mengalami pergeseran makna karena pola pikir suku Quraisy telah bergerser dari yang pernah diajarkan nabi Ibrahim.
Ada beberapa hal yang memang bahasa Arab mirip dengan bahasa Al-Qur’an seperti sama-sama menggunakan huruf hijaiyyah dari alif sampai dengan ya, sama-sama bila ditulis dari kanan ke kiri kecuali angka-angka, namun perbedaan yang paling prinsipil adalah menganai makna dari kedua bahasa itu.
Bahasa Arab sampai hari ini, terus beradaptasi dengan bahasa-bahasa lain di dunia ini, seperti kita ketahui banyak istilah-istilah teknologi dari barat masuk menjadi bahasa Arab sehingga membentuk tata bahasa baru.
Tetapi bahasa Al-Qur’an semenjak turun kepada nabi Adam sampai dengan nabi Muhammad mempunyai tata bahasa yang tetap karena tidak pernah bertambah dengan kata-kata apapun.
Aku mencintai Arab atas tiga alasan, oleh karena saya pribadi serumpun atau sekeluarga dengan Arab, bahasa Al-Qur’an adalah bahasa yang serumpun dengan bahasa Arab, dan bahasa yang dipergunakan di jannah nanti juga bahasa yang serumpun dengan bahasa Arab.
Sebagai umat Islam marilah kita mempopulerkan kajian-kajian Al Quran untuk merujuk kembali kepada Al Quran setepat-tepatnya. Kapan Al Quran akan populer di masyarakat Indonesia? semoga, kalau di zaman kita belum maka dia akan datang di zaman anak cucu kita yang akan datang. Hal ini akan terjadi bila umat Islam mengarahkan ke arah yg demikian. Hari ini adalah menentukan sejarah hari esok.
Namun, dalam setiap kajian-kajian, kita harus menghindari sikap bahwa apa yang kita ketahui adalah yang paling benar. Biarkanlah semua berproses mencapai kepada yang setepat-tepatnya menurut ukuran Allah yang telah diujudkan Rasul-Nya. Segala kesalahan adalah proses kepastian Allah menuju kebenaran.
saya senang dengan web ini, semoga terus update
BalasHapus